MAKASSAR – Wali Kota Makassar periode 2021–2024, Moh. Ramdhan ‘Danny’ Pomanto, akhirnya angkat bicara terkait polemik berkepanjangan seputar Stadion Mattoanging yang tak kunjung direvitalisasi.
Dalam siaran langsung melalui TikTok bersama Arum Spink, Senin (7/7), Danny menyebut bahwa narasi yang menyudutkannya soal Mattoanging telah terlalu politis dan menyimpang dari fakta.
“Saya kira sayalah yang paling tahu soal Mattoanging. Karena yang mengubah standar stadion itu jadi internasional saat perempat final 2001 adalah saya sendiri,” tegasnya.
Menurut Danny, keterlibatannya dalam sejarah Mattoanging bukan hal baru. Ia mengaku pernah berperan dalam modernisasi stadion tersebut bersama konsultan dari Inggris dan AFC.
Bahkan, saat itu dirinya dijuluki “David Copperfield dari Timur” karena berhasil menyulap Mattoanging hanya dalam 45 hari.
Lebih dari itu, Danny juga menyebut dirinya sebagai tokoh yang mendamaikan konflik antara PSM Makassar dan pengelola stadion dengan menjadikan rumah pribadinya sebagai tempat negosiasi. Ia juga menjadi sponsor utama dalam perayaan 100 tahun PSM yang digelar di kediamannya.
Namun di balik kedekatannya dengan klub dan stadion legendaris tersebut, Danny menjelaskan alasan mendasar kenapa proyek pembangunan ulang Stadion Mattoanging tak bisa ia dorong secara langsung selama menjabat.
“Kami agak kesulitan karena statusnya aset provinsi. Secara politik anggaran, kami di kota tidak bisa menganggarkan apa pun ke sana. Tidak boleh,” ujarnya tegas.
Danny menyesalkan bahwa sebagian pihak terus mempolitisasi isu ini tanpa memahami batas kewenangan pemerintah kota. Ia memilih diam selama ini karena tidak ingin memperkeruh suasana yang menurutnya sudah penuh “noise dan limbah politik.”
Lebih jauh, Danny memandang bahwa Makassar cukup memiliki satu stadion utama dengan kapasitas realistis. Ia menilai usulan membangun stadion berkapasitas 60 ribu penonton sebagai hal yang berlebihan.
“Saya ini arsitek. Kapasitas 10 ribu penonton lebih masuk akal. Kalau terlalu besar, justru mencemari ekosistem stadion itu sendiri,” kata Danny.
Sebagai alternatif, di masa pemerintahannya Danny sempat mendorong kawasan stadion baru di Sudiang dan Untia, namun tak mendapat sambutan hangat karena opini publik telanjur terpaku pada nostalgia Mattoanging.
Meski demikian, Danny tetap menghargai pentingnya Mattoanging dalam sejarah dan identitas kota. Ia mengaku sebagai bagian dari sejarah PSM dan memahami emosi suporter, namun mengajak semua pihak lebih rasional dalam menatap ke depan.
“Saya memilih diam karena kalau dijawab pun akan digoreng. Tapi jangan lupa, saya ini bagian dari sejarah PSM, saya juga penggemar,” pungkasnya. (*)
Diperkenankan mengutip sebagian atau keseluruhan informasi dari portal KarebaDIA sepanjang untuk kepentingan publikasi dan sosialisasi ide, gagasan dan pemikiran Danny Pomanto.