Pasangan Danny-Azhar pekan ini menunjukkan komitmennya untuk bersama membangun pedalaman Luwu Raya, hingga pesisir dan pulau-pulau seperti Selayar Sulawesi Selatan. Menereka menunjukkkan perjuangan yang sesungguhnya.
Editorial, KarebaDIA – Kritik pada corak pemerintahan Provinsi Sulawesi Selatan sejauh ini adalah pemimpin yang dianggap kurang optimal dalam memperhatikan pembangunan daerah seperti Kawasan Luwu Raya. Bagus janjinya di awal, letoy di tengah hingga ujung.
Redaksi KarebaDIA mencatat sejumlah keluhan warga saat ini terkait atensi Pemerintahan di Sulsel pada kawasan ekostis, kaya dan menjanjikan untuk perbaikan nasib anak bangsa.
Pekan ini saat Azhar Arsyad ke pesisir selatan Selayar, Danny Pomanto ke Luwu Raya.
Makna perjalanan ke Seko
Coba ingat, Seko, Rampi atau Kawasan Rongkong pernah menjadi agenda pembangunan prioritas Nurdin Abdullah tapi pada ruang dan waktu justeru mendapat kesan berbalikan. Warga bahkan ‘diusir’ keluar dari Indonesia.
Masih ingat seloroh menyakitkan pada sosok yang pernah bilang, “kenapa tidak sekalian keluar dari Indonesia?”
Pembaca sekalian, apa kesan umum anda tentang kawasan di barat Luwu Raya itu?
Yang sering muncul adalah lambatnya pembangunan infrastruktur, kurangnya perhatian pada peningkatan kesejahteraan ekonomi lokal, serta minimnya alokasi anggaran untuk mempercepat pembangunan di wilayah Luwu Raya.
Banyak alasan, kondisi lahan yang rentan, akses terbatas, anggaran terbatas – padahal hutangnya sudah banyak pula.
Wajar jika itu memicu tuntutan agar pemimpin mendatang lebih berkomitmen pada pembangunan merata di seluruh wilayah Sulawesi Selatan.
Itu pula yang saat ini sedang ditawarkan dan disiapkan oleh pasangan Danny Pomanto – Azhar Arsyad. Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan.
Danny bahkan datang ke Seko lalu menjanjikan beberapa program pembangunan untuk wilayah Luwu Raya jika terpilih. Dia melintas jalur rawan itu dengan naik motor. Bukan helikopter.
“Fokus utama saya adalah peningkatan infrastruktur, terutama perbaikan jalan di daerah terpencil seperti Seko, Rampi, kawasan sekitar Rongkong, di Luwu Utara,” tegas Danny.
Menurutnya, hal itu bertujuan untuk memperbaiki aksesibilitas dan mendukung kesejahteraan masyarakat setempat.
“Tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kalau kami terpilih, segera kita susun rencana, buat desain dan bangun jalannya,” sebut Danny.
Selain itu, Danny pun berencana memberikan bantuan keuangan khusus untuk desa-desa guna pembangunan sumber daya manusia dan infrastruktur, termasuk kesejahteraan guru dan pemimpin keagamaan.
Danny faham persis, memang ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab kemiskinan di Luwu Raya seperti Keterbatasan Infrastruktur.
Berpihak ke Pertanian
Akses jalan yang kurang memadai di beberapa wilayah Luwu Raya membuat distribusi hasil pertanian dan produk lokal menjadi sulit, sehingga biaya logistik tinggi dan pendapatan petani rendah.
”Keterbatasan infrastruktur ini juga mempersulit akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan peluang kerja di daerah lain,” ucap Danny saat KarebaDIA duduk di sampingnya di Seko.
Dia juga tahu bahwa sebagian besar penduduk Luwu Raya bergantung pada pertanian, terutama pada komoditas seperti kakao, kopi, dan kelapa sawit.
Namun, hasil dari pertanian tradisional seringkali fluktuatif karena bergantung pada harga pasar global dan kondisi cuaca, yang dapat menyebabkan pendapatan yang tidak stabil bagi petani.
“Ketergantungan ini diperparah dengan kurangnya teknologi modern dan infrastruktur irigasi yang memadai. Terkait harga, kami akan menjadi pemerintahan yang membeli produk ketika harga anjlok. Ini yang kami sebut government offtaker,” imbuhnya.
Bagi pasangan Danny- Azhar, Luwu Raya, terutama Luwu dan Luwu Utara minim lapangan pekerjaan. Banyak warga yang migrasi.
Kesan umumnya, kata Danny, minimnya Lapangan Kerja di Sektor Non-Pertanian.
“Kesempatan kerja di sektor industri atau jasa masih sangat terbatas di Luwu Raya. Hal ini menyebabkan masyarakat bergantung pada pekerjaan informal dan sektor pertanian yang tidak selalu memberikan pendapatan yang stabil,” kata dia.
Penciptaan tenaga kerja terampil
Angika kemiskinan yang tinggi seperti di Luwu dan Luwu Raya berhubungan dengan kualitas pendidikan yang rendah terutama di pedalaman dan pegunungan.
Kata Danny, tingkat pendidikan yang rendah mengurangi peluang bagi masyarakat Luwu Raya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau berdaya saing tinggi.
Pendidikan berkualitas rendah juga membatasi kemampuan masyarakat dalam mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di pasar kerja yang lebih luas.
”Untuk itu kami akan siapkan antara 13 sampai 15 ribu tenaga kerja muda melalui peningkatan kapasitas setiap tahun,” ujarnya.
Hal tersebut dilakukan karena kurangnya program Pemberdayaan Ekonomi yang Efektif.
Bagi Paslon DIA, program pemberdayaan ekonomi atau bantuan untuk kelompok rentan masih kurang menyentuh masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
”Bantuan sering kali bersifat sementara dan tidak berkelanjutan, sehingga dampaknya terhadap penurunan kemiskinan belum signifikan,” kata Danny.
Media konflik aggraria
Pihaknya juga menaruh perhatian pada maraknya isu atau masalah lahan dan sengketa agraria:
Beberapa wilayah di Luwu Raya mengalami konflik lahan yang menghambat produktivitas pertanian dan pemanfaatan sumber daya alam secara optimal.
Sengketa lahan ini sering kali melibatkan perusahaan besar yang beroperasi di sektor perkebunan, yang menyebabkan akses masyarakat terhadap lahan produktif berkurang.
“Kami akan menjadi fasilitator yang baik untuk mengurai persoalan seperti itu, kami akan jadi penengah, pemberi win-win solution,” kata Danny.
Bagi DIA, pelibatan LSM, organisasi masyarakat sipil, kelompok adat, keagamaan, maupun perguruan tinggi merupakan salah satu strategis untuk menihilkan konflik agraris.
DIA memberi atensi pada upaya pengentasan kemiskinan di Luwu Raya yang memang memerlukan pendekatan yang komprehensif, mulai dari peningkatan infrastruktur, akses pendidikan, pengembangan ekonomi kreatif, hingga program pelatihan yang terarah untuk masyarakat setempat.
”Kita bisa belajar pada kabupaten seperti Luwu Timur yang bisa hidup berdampingan dengan tambang nikel, atau Kota Palopo hidup sebagai hub jasa selata-utara,” pungkas Danny.
Redaksi KarebaDIA
Diperkenankan mengutip sebagian atau keseluruhan informasi dari portal KarebaDIA sepanjang untuk kepentingan publikasi dan sosialisasi agenda politik Danny Pomanto - Azhar Arsyad (DiA).