Opini

Opini: Asa Kebaikan dalam Politik Gagasan Danny Pomanto

Tim Redaksi
17
×

Opini: Asa Kebaikan dalam Politik Gagasan Danny Pomanto

Share this article

Oleh: Asri Tadda (Ketua Relawan Perubahan Sulsel, Juru Bicara Danny-Azhar))

Cagub Sulsel Danny Pomanto bersama Jubir DiA, Asri Tadda
Cagub Sulsel Danny Pomanto bersama Jubir DiA, Asri Tadda (IST)

KarebaDIA – Sepekan terakhir, perjalanan ‘politik gagasan’ yang diusung Calon Gubernur Sulsel nomor urut 1 Danny Pomanto dihelat di sepanjang jazirah Tana Toraja, Toraja Utara, Enrekang, Sidrap dan berakhir di Pinrang.

Puluhan titik kampanye dikunjungi Wali Kota Makassar dua periode itu, tak lain untuk membangkitkan harapan dan impian masa depan untuk Sulsel yang lebih baik, lebih sejahtera, adil dan makmur bagi semua kalangan.

Politik adalah jalan kebaikan. Begitu kata Danny. Karena itu, dirinya konsen untuk terus menggaungkan ide, gagasan dan visi besar membawa Sulsel memiliki daya saing global yang tangguh dan produktif.

Bahwa pemerintah harus hadir dan melindungi rakyatnya tanpa terkecuali, itu keniscayaan. Dalam pandangan Danny, tak ada alasan yang bolehkan rakyat menderita di atas tanah subur nan kaya seperti Sulsel. Karena itu, ia hadir menawarkan masa depan. Menumbuhkan harapan kebaikan untuk semua.

Hanya saja, untuk mewujudkan asa itu, tidak seperti menyusuri jalan yang mulus beraspal. Danny, bahkan sudah hendak dicekal sejak dini ketika ia baru mencoba masuk ke gelanggang Pilgub Sulsel.

Padahal, karya dan prestasinya di Makassar, adalah modal yang sangat nyata dan dapat disaksikan oleh rakyat Sulsel setiap saat. Lewat tangan kreatifnya, Makassar dibawanya bersaing dengan kota-kota lain di dunia.

Bagi Danny, perjuangan di Pilgub Sulsel bukanlah tentang dirinya saja. Di beberapa kesempatan bertemu warga, dia tegaskan, bahwa perjuangan kali ini adalah untuk menyelamatkan masa depan rakyat, masa depan Sulsel.

Sebagai Wali Kota Makassar dua periode yang pernah berjibaku di tiga kontestasi yang semua dimenangkannya, Danny paham betul mengapa orang baik harus masuk ke gelanggang politik.

“Kalau tidak, orang yang tidak baik tentu akan mengisi jabatan politik. Orang-orang yang tidak paham masalah, lalu akan membuat masalah besar lagi untuk rakyatnya sendiri,” begitu Danny menggambarkan dunia politik kini.

Dari jejaring informasi dan koneksi yang luas serta fakta yang ditemuinya, Danny paham bahwa ada masalah serius di pemerintahan Provinsi Sulsel, mulai dari defisit anggaran, kekacauan birokrasi dan tata kelola ASN, juga ketakjelasan arah pembangunan. Padahal Sulsel menyimpan potensi kekayaan alam yang berlimpah.

Karenanya, di Pilgub Sulsel, bersama Azhar Arsyad sebagai Wakil Gubernurnya, Danny mengusung ikhtiar menyelamatkan Sulsel (SAVE SULSEL), lalu mengantarnya menjadi episentrum pangan dunia, bahasa kerennya Sulsel Global Food Hub.

Siapa yang bakal mendapat benefit dari semua ikhtiar politik Danny ini? Pastinya adalah rakyat Sulsel.

Dengan kewenangannya sebagai Gubernur, Danny akan melindungi petani, peternak, dan nelayan dari kerangkeng kapitalis yang membuat mereka tak punya banyak pilihan saat panen.

Pemerintah, di bawah kepemimpinan Danny, akan menjadi off-taker atau pembeli semua produk tani dan nelayan dengan harga yang layak dan bersaing. Ini jelas akan menenangkan para petani dan nelayan.

Selain itu, kalangan ASN Pemprov Sulsel juga akan diperhatikan peraih penghargaan tertinggi dari yang tertinggi, Parasamya Purna Karya Nugraha. Danny setuju untuk mengembalikan ‘meryt sistem’ dalam tata-kelola ASN di Pemprov Sulsel. Sehingga tak akan ada lagi mutasi atau demosi tanpa alasan yang jelas.

Terhadap anak-anak muda, milenial dan gen Z, Danny juga beri atensi serius. Ia sadar, bahwa pemegang rinci masa depan adalah mereka. Karena itu, menyiapkannya dengan SDM berkualitas, adalah sebuah prioritas. Bagi Danny, semua orang harus berpendidikan!

Dalam visi besarnya menjadikan Sulsel Lumbung Pangan Dunia, Danny komitmen melibatkan anak-anak muda di setiap senter bisnis hasil tani dan nelayan.

Melalui penciptaan ekosistem pangan hulu dan hilir, peluang bekerja terbuka sangat luas bagi generasi muda, terutama yang memiliki skill digital yang dibutuhkan.

Terhadap kebudayaan, tak diragukan komitmen Danny. Ia menyadari betul, bahwa budaya dan sejarah tak boleh hilang sebagai identitas masyarakat. Tanpa budaya dan sejarah, kata Danny, hidup akan kehilangan arah.

Di Makassar, ia membuktikan keseriusannya untuk hal ini. Diangkatnya 4 etnis besar (Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja) hingga mendunia melalui even F8, dibuatnya Dewan Kebudayaan Makassar, serta Hari Kebudayaan Makassar.

Pada setiap lawatannya ke daerah, arsitek handal dengan lebih dari 600 karya ini selalu menyempatkan diri berziarah di pusara makam tetua dan para leluhur, menyambangi pegiat budaya serta rajin mengeksplorasi kekayaan sejarah yang ada.

Menurut Danny, ada banyak hal yang harus diselamatkan di Sulsel. Tetapi yang tak kalah penting dari semuanya adalah melunasi utang Pemprov yang jumlahnya triliunan. Ini adalah beban anggaran yang cukup besar dan menjadi batu sandungan realisasi program pemerintah.

Danny tahu persis soal ini. Baginya, semua program-program baik yang dicanangkan bersama Azhar Arsyad, tak akan berjalan mulus jika beban utang masih ada. Karena itu, mau tak mau, fokus pertamanya nanti jika terpilih sebagai Gubernur, adalah menyelesaikan bengkalai itu.

Dengan pengalaman panjangnya di Makassar, Danny dengan dibantu Azhar yang juga politisi kawakan PKB, akan berjuang melipatgandakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sulsel. Hanya dengan begitu, ditambah komitmen tinggi membawa kebaikan bagi rakyat, visi-misinya bisa diwujudkan dengan baik.

Bukan hanya pembelajar, Danny juga seorang yang visioner dengan wawasan global, didukung jejaring internasional yang luas. Danny seorang yang perfeksionis dan tak pernah lelah berpikir untuk berbuat sesuatu yang baru dengan cara yang berbeda. Terkadang, ia muncul dengan gagasan out of the box, tak terpikirkan banyak orang.

Visi besarnya diakui dunia, bahwa di masa depan, kita akan mengalami masalah pangan. Mengantisipasinya sedini mungkin, dengan tetap memperhatikan kearifan lokal, adalah sebuah ikhtiar kemanusiaan nan mulia yang perlu dilakukan.

Mewujudkan Sulsel sebagai Global Food Hub adalah ikhtiar kebaikan untuk menyelamatkan dunia, menyelamatkan Indonesia, dan menyelamatkan Sulawesi Selatan. Ini adalah ikhtiar politik kebaikan untuk semua. Karena itu, mari kita dukung bersama. (*)

Diperkenankan mengutip sebagian atau keseluruhan informasi dari portal KarebaDIA sepanjang untuk kepentingan publikasi dan sosialisasi agenda politik Danny Pomanto - Azhar Arsyad (DiA).