KarebaDIA – Haji Amiruddin menilai Danny Pomanto sebagai pemimpin dengan bekal kemampuan pemikiran cerdas. Sebagai Sosok rujukan jika ingin mencari pemimpin untuk Sulawesi Selatan.
”Memilih pemimpin bukan sekadar suka atau tidak suka. Tapi harus ada landasan sebuah pemikiran yang cerdas, yang mampu mendengarkan aspirasi rakyat,” sebut wakil bupati Enrekang di masanya, Amiruddin.
Dia juga menilai sungguhlah tepat jika pertanian – dalam arti yang luas – untuk masuk dalam program strategis Danny – Azhar.
”Harapan kita sama bahwa pemerintah mestinya harus dapat menjadi membeli produk petani dengan harga yang layak untuk menjamin kesejahteraan,” imbuhnya.
Itu informasi penting setelah kunjungan Danny Pomanto ke Enrekang. KarebaDIA menjadi penyaksi bagaimana Calon Gubernur dari nomor urut 1 menyambangi jantung perubahan sosial ekonomi bentang Enrekang, Pinrang, dan Sidrap.
Semua itu dilakukan Danny demi membaca realitas sumber daya alam, harapan orang-orang dan dengan siapa saja bisa menjadi mitra potensial membangun Sulawesi Selatan ke depan.
Cerdas Metodologis
Pembaca sekalian, cerdas dalam benak Amiruddin adalah saat pemimpin menawarkan solusi untuk agenda perubahan ke depan dengan mengumpulkan basis data informasi realitas.
Bukan semata ’ketika pemimpin bicara potensi, lalu meng-copy paste visi misi, seakan-akan dengan pilihan seperti itu, pemimpin sudah layak berbangga telah melakukan perubahan.
Tingkat kemampuan kepemimpinan seolah hanya dengan memproduksi brosur, untaian kata yang membentuk visi dan misi, lalu semua kembali ke rumah masing-masing dan berharap nasib berubah.
Seperti itulah yang sering kita saksikan, alami, jalani, dan terima saat menjelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah.
Mengapa berlangsung seperti itu dari tahun ke tahun? Dari Pilkada ke Pilkada, dari pemilu ke pemilu? Sebabnya adalah kita selalu rela dimanja dengan bantuan, dengan iming-iming, dan omon-omon palsu, tidak otentik.
Orang-orang masih menganggap petani, nelayan, petambak, pedagang, pekerjan informal, kelompok ibu, perempuan, dan kelompok rentan difabel dianggap hanya penerima bantuan tanpa melihatnya sebagai ’kelompok kuat’ dan punya potensi menjadi bagian perubahan.
Sehingga, mereka yang sesungguhnya ’tidak cerdas-cerdas’ amat, tanpa pengalaman, tanpa kemampuan komunikasi yang efektif, seolah tak punya beban untuk maju sebagai calon pemimpin atau kepala daerah.
Mengapa mereka begitu konfiden, mau memimpin kita yang plural, bahkan sudah sedemikian maju dalam pendidikan, sementara mereka?
Apakah dengan tim sukses, tenaga ahli yang bisa diberi honor setinggi langit atau guyuran sumber daya yang melimpah dari cukong sudah cukup membuat kita mantap menatap masa depan?
Cerdas yang dimaksudkan Amiruddin di atas, bisa jadi berlaku pada mereka yang mengadospi kemampuan interpersonal komunukasi yang baik. Yang sedia blusukan ke pasar-pasar rakyat yang mungkin saja berdebu saat musim kemarau atau becek saat musim hujan.
Cerdas metodologis artinya pemimpin harus bisa mendekati realitas, menganalisis sejumlah persoalan dan tantangan bersama seperti bagaimana seorang Danny Pomanto dan Azhar Arsyad menerapkan perkakas kepemimpinan mereka dengan mengajak warga bicara, menyampaikan harapan.
Ada informasi yang bisa memotivasi pasangan Danny – Azhar saat mendengar keluh kesah seorang warga Enrekang.
”Apa kabarta bu?”
”Biak-baikjiki toh?” sapa Danny.
”Sayur kol yang dulunya 8 ribu per kilogram turun drastis menjadi 500 per kilogram,” curhat Hamida.
”Tomat turun, harga yang dulunya 50 ribu satu peti, turun menjadi Rp1.500 per kilogram. Banyak petani kasih rusak sayur kol-nya,” sungut Hamida.
Tak hanya dialog, Danny mendatangi jembatan gantung Malalin saat berkampanye di Kabupaten Enrekang, Kamis (10/10/2024). Warga mendesaknya untuk melihat dan menganalisis apa yang mesti dilakukan ke depan.
Jembatan Gantung Malalin ini terletak di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang yang memiliki panjang sekitar 80 meter, membentang di atas Sungai Saddang Enrekang.
Dengan demikian mereka bisa mendengar potensi, suka duka, harapan dan tentu bisa membangun pertemanan dengan warga biasa.
Di Massenrempulu, Danny mengamati realitas, berdialog, menganalisi bersama warga, termasuk mendengarkan solusi mendesak versi warga.
Sementara Azhar menyambangi Bulukumba dan Sinjai yang terkenal dengan potensi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanannya.
Seorang warga bernama Misbah menegaskan optimismenya pada Danny. “Saya yakin bahwa beliau, Danny Pomanto, pasti dapat memenangkan pertarungan Pilgub kali ini.”
Mengapa DIA yang diinginkan
Berkunjung ke Pasar Baraka lalu ke Pasar Sentral Enrekang adalah inisiatif cerdas dari seorang Danny. Di kedua tempat itu, DIA berjanji ketika dirinya terpilih menjadi Gubernur Sulsel 2024, pihaknya akan mengintervensi harga di pasar sehingga tidak merugikan para pedagang.
“Masyarakat di sini inginkan Danny Pomanto jadi Gubernur Sulsel. Makanya itu saya akan turun sosialisasi kepada pemilih minimal 1 relawan mengunjungi 50 rumah perhari. Ingatkan coblos nomor urut 1 Danny – Azhar di Pilgub Sulsel,” ujar tokoh masyarakat Pinrang, Alim Bachri keesokan harinya.
Di Sidrap, Tokoh Pangkajene Sidrap, H. Mahmud Yusuf yang juga wakil Bupati pada 2018-2023 menyambut dengan pujian.
“Kita tahu Kota Makassar sekarang sangat maju dan jadi metropolitan ketika dipimpin oleh Pak Danny. Insya Allah kami akan memenangkan beliau di Sidrap,” kuncinya.
Pada pekan kedua kampanye Pilgub Sulsel ini, pasangan Danny – Azhar mengumpulkan data dan informasi dari sejumlah daerah. Sejumlah peluang, tantangan, dan juga tawaran interaksi mutualistik di bahas jika DIA terpilih.
Pada pekan kedua kampanye ini, DIA menunjukkan kepada kita bahwa visi misi pemimpin memang harus dibagikan, dibicarakan bersama warga, dengan pemangku kepentingan, sembari menyiapkan diri agar punya kapasitas merealisasikan visi misi itu.
Untuk merealisasikan agenda perubahan itu kemampuan komunikasi setara, dan kesediaan untuk membangun perkawanan yang tulus adalah kuncinya. Sebab bagi DIA, menjadi pemimpin adalah untuk melayani, bukan dilayani apalagi mengambil milik rakyat dengan semena-mena.
Bagi DIA, yang raja, yang ratu adalah rakyat, oleh karena itu mereka harus didengarkan, dilayani.
Jika mendengarkan bagaimana warga di Enrekang, Pinrang hingga Sidrap pada pekan kedua kampanye Pilgub Sulsel ini, jelas sekali mereka menyuarakan betapa rindunya mereka pada pemimpin yang punya perkakas metodologik dalam agenda pembangunan daerah.
Pemimpin yang punya niat baik untuk mendengarkan, mencatat keluh kesah, siap berdebu, kena hujan dan tak pilek saat dikritik.
Dia terampil mengumpulkan data informasi kebutuhan petani, nelayan, pekebun, pedagang, ibu-ibu, kelompok rentan dengan menggunakan telinga, hati yang sesungguhnya.
Dia mumpuni dalam menyusun visi misi dan program yang efektif, pengalaman menunjukkan itu. Gagasan untuk membangun Sulsel pun telah disiapkan.
Sepekan kampanye, jelas bagi kita, pasangan Danny – Azhar lengkap perkakas perencanaan dan punya niat baik mendorong perubahan di Sulawesi Selatan. Semoga peluh yang membasahi bernilai ibadah dan diganjar kemenangan oleh Yang Maha Pemenang!
Redaksi
Diperkenankan mengutip sebagian atau keseluruhan informasi dari portal KarebaDIA sepanjang untuk kepentingan publikasi dan sosialisasi agenda politik Danny Pomanto - Azhar Arsyad (DiA).