Makassar, KarebaDIA – Calon Gubernur Sulsel nomor urut 1, Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto mencetuskan ide menjadikan Luwu Utara sebagai Kota Wisata Sungai.
Hal tersebut disampaikan Danny dalam agenda kampanye di Marobo, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, Senin (04/11), pekan lalu.
Menurut Wali Kota Makassar dua periode itu, kawasan Luwu Utara memiliki sumber daya alam dan manusia (SDM) yang luar biasa.
“Sayangnya, masih berada di peringkat ketiga termiskin di Sulsel,” ungkap Danny.
Karena itu, dirinya berkomitmen untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat melalui berbagai program yang telah disusun dalam visi misi pasangan DIA.
Menurutnya, tanah di Luwu Utara sangat subur, hamparannya luas, tradisi adat dan keagamaan terjaga semua potensi ada ada. Apalagi Seko dan Rampi bisa menjadi sumber pangan baru.
“Saya ingin Seko menjadi seperti Swiss, di mana sungai-sungainya menjadi kota wisata. Tidak perlu warga Seko keluar dari Indonesia, tapi orang luar negeri nanti yang ke Seko,” ujar Danny dengan penuh optimisme.
Danny mengaku, banyak kota di Eropa dan Asia kaya raya berkat pemanfaatan sungai. Sungai menjadi destinasi wisata yang unggul.
“Daerah sekitar aliran sungai tanahnya menjadi lahan persawahan dan kebun yang subur. Menjadi sumber kehidupan untuk kesejahteraan warga,” imbuhnya.
***
Berselang 11 hari setelah Danny mencetuskan ide menjadikan Lutra sebagai Kota Wisata Sungai, kritik datang dari Tokoh Pemuda Lutra, Bahtiar Manadjeng.
Diungkapkan Batti, sapaan karib Bahtiar Manadjeng, janji itu tidak relevan dengan kondisi dan persoalan yang dihadapi Kabupaten Lutra saat ini.
“Mestinya DP (Danny Pomanto) melihat lebih detail problem utama, kegiatan ekonomi masyarakat dan kebutuhan masyarakat Luwu Utara terkait keberadaan beberapa DAS (Daerah Aliran Sungai) di Lutra,” ujarnya, Jumat, 15 November 2024.
Merespon kritik Batti, Juru Bicara Danny – Azhar (DIA) Asri Tadda angkat bicara. Menurutnya, kritik itu muncul dari konteks yang kurang tepat dan salah sasaran.
“Itu bukan janji, tapi merupakan cetusan ide dari Pak Danny Pomanto, dan sebenarnya dikhususkan untuk optimalisasi potensi wisata sungai di Seko dan Rongkong, bukan Luwu Utara secara umum,” kata Asri.
Dikatakan Asri, pengembangan pariwisata hijau berbasis pangan memang menjadi salah satu program unggulan dari pasangan Danny – Azhar.
“Itu salah satu fokus ke depan. Tentu masalah-masalah lain terkait lingkungan juga merupakan atensi serius dari DIA. Termasuk bencana banjir yang dikeluhkan oleh Batti, khususnya yang selama ini melanda wilayah Malangke Raya,” ujar Asri yang juga diaspora Luwu Raya.
Terkait mitigasi dan adaptasi bencana, Asri bilang kapasitas seorang Danny Pomanto seharusnya tidak perlu diragukan lagi.
“Pak Danny adalah seorang arsitek, prakrisi perencana tata ruang dan kewilayahan sejak dulu. Insya Allah, untuk Sulsel beliau pasti akan lebih maksimal mengimplementasikan ide dan pemikiran inovatifnya, termasuk untuk penanggulangan bencana yang sering terjadi di sejumlah daerah,” terang Asri.
Karena itu dia berharap agar semua pihak agar lebih terbuka dan berkepala dingin menerima cetusan ide dan program inovatif dari pasangan Danny – Azhar untuk membawa Sulsel lebih baik lagi.
“Harus diakui, Danny – Azhar membawa banyak ide perubahan dan perbaikan ekonomi rakyat di daerah yang kaya raya ini. Terutama pada sektor non-tambang yang dampaknya tentu akan dirasakan secara luas oleh masyarakat,” jelas Asri.
Dirinya menyayangkan, jangan sampai hanya karena kepentingan politik personal yang bersebelahan, lantas ide-ide brilian pengembangan daerah dikritik habis-habisan tanpa membaca secara utuh gagasan yang diberikan.
“Rakyat Sulsel butuh perubahan nyata, dan momentum itu hanya bisa dilakukan lewat Pilgub nanti. Caranya adalah dengan memilih Gubernur terbaik yang menjanjikan masa depan lebih baik, dan itu hanya Danny-Azhar,” pungkas Asri. (*)
Diperkenankan mengutip sebagian atau keseluruhan informasi dari portal KarebaDIA sepanjang untuk kepentingan publikasi dan sosialisasi agenda politik Danny Pomanto - Azhar Arsyad (DiA).