Editorial

Mengapa DIA Begitu Peduli Adat Istiadat Sulsel?

Tim Redaksi
114
×

Mengapa DIA Begitu Peduli Adat Istiadat Sulsel?

Share this article

KarebaDIA – Pekan ini kita menyaksikan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 1, Danny – Azhar (DIA) berkampanye sejuk di Bulukumba, Sinjai, Bone dan Wajo.

Sungguh menyentuh hati ketika Danny Pomanto dan Azhar Arsyad bertemu sejumlah pilar kebudayaan, tokoh agama, serta komunitas adat di keempat kabupaten penting tersebut.

Di Bulukumba, Azhar menyungging senyum saat dikenakan penutup kepala khas Kajang oleh tokoh adat setempat. Dia pun mengenakan baju hitam layaknya warga Kajang, komunitas yang diakui dunia karena komitmennya menjaga alam.

Di Bone dan Wajo, selain bertemu tokoh Bone Selatan, menyambangi kediaman tokoh adat, bissu, dan sejumlah sosok panutan sosial, budaya dan keagamaan.

Pasangan DIA seperti mengikrarkan bahwa kepemimpinan Sulsel ke depan adalah kepemimpinan inklusi. Bahwa tiada yang tertinggal dalam perencanaan dan pembangunan daerah. “Social inclusion,” begitu istilahnya.

Mengapa DIA begitu? Sebab bagi DIA, agama, adat istiadat, budaya memiliki peran penting dalam perencanaan pembangunan daerah yang efektif dan berkelanjutan.

Ada setidaknya lima alasan yang mendasar.

Pertama, karena merupakan identitas dan keberlanjutan sosial

Bagi DIA, adat istiadat dan budaya merupakan bagian dari identitas suatu komunitas atau daerah.

Mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam perencanaan pembangunan dapat menjaga keberlanjutan komunitas atau sosial, memperkuat rasa kebersamaan, dan mempertahankan warisan lokal.

Ini dapat membantu menciptakan keterikatan masyarakat dengan daerahnya, dengan pemimpinnya dengan visi misi pembangunannya.

DIA dapat mencegah hilangnya identitas lokal akibat pembangunan yang tidak mempertimbangkan nilai-nilai tersebut.

“Terima kasih kepada masyarakat Kajang, terkhusus kepada Ammotoa yang telah menerima kami dengan sangat baik. Terima kasih kepada seluruh masyarakat adat Kajang dan Ammotoa yang konsisten menjaga keseimbangan alam, menjaga budaya dan adat istiadat,” ucap Azhar di depan masyarakat Kajang.

Kedua, karena berkaitan legitimasi, tentang penerimaan dan partisipasi masyarakat

Perencanaan pembangunan meniscayakan pelibatan adat istiadat dan budaya. Mengapa? Sebab ini akan menjadi perekat antara pemimpin dan masyarakat dipimpinnnya, Sulsel sejak dulu eksis dalam keberagamannya.

Bagi DIA, hal ini penting karena pembangunan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakat cenderung mendapat dukungan yang lebih besar.

Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan juga akan meningkat jika mereka merasa tradisi dan kebudayaannya dihargai.

Ketiga, demi harmonisasi pembangunan dengan lingkungan sosial dan alam

Adat istiadat seringkali terkait dengan cara masyarakat berinteraksi dengan alam dan lingkungannya.

Dengan menghargai adat istiadat, perencanaan pembangunan dapat lebih selaras dengan lingkungan sosial dan ekologis, sehingga mengurangi risiko konflik sosial atau kerusakan lingkungan. Ini juga menjadi postulat atau standar pengelolaan sumber daya global.

Sekali lagi, DIA sadar betul, perencanaan inklusi adalah keniscayaan.

Keempat, pilar wisata budaya dan ekonomi kreatif

Budaya dan tradisi lokal seperti di Bali, NTB, termasuk di Toraja dan di banyak daerah di Jawa bisa menjadi aset penting dalam pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

DIA menilai, melalui perencanaan pembangunan yang mempertimbangkan potensi budaya, Sulsel dapat mengembangkan destinasi wisata yang unik serta memberdayakan ekonomi lokal melalui produk-produk budaya, seni, dan kerajinan. Pundi-pundi pembangunan daerah.

Kelima, sebagai simpul dalam penyelesaian konflik serta perwujudan keadilan sosial

Untuk siapa pemerintahan bekerja? Ya untuk rakyat dalam arti luas. Jangan sampai masyarakat terpeta konflik dan serupa buih di lautan luas modernisasi yang sarat konflik.

Dalam beberapa kasus, adat istiadat menyediakan mekanisme penyelesaian konflik yang diakui oleh masyarakat. Jika pembangunan tidak mempertimbangkan adat ini, bisa terjadi ketegangan atau konflik sosial.

Dengan memasukkan nilai-nilai lokal ke dalam perencanaan, daerah dapat lebih efektif dalam menjaga harmoni dan keadilan sosial di antara warganya.

Begitulah, DIA memandang, secara keseluruhan, adat istiadat dan budaya adalah elemen penting yang harus terlibat dalam perencanaan pembangunan daerah agar tercipta pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan berakar pada nilai-nilai lokal. Bukan dikucilkan apalagi dicabut akar-akarnya.

Mengabaikan mereka berarti mengabaikan kesejatian pembangunan yang mestinya dinikmati semua kalangan, semua lapis sosial, dari komunitas adat, bissu, hingga penganut keagamaan di Sulsel yang amat heterogen.

Danny – Azhar (DIA) bekerja dan berkomitmen untuk itu; menyelamatkan kebudayaan dan adat istiadat di Sulawesi Selatan!

Redaksi KarebaDIA

Diperkenankan mengutip sebagian atau keseluruhan informasi dari portal KarebaDIA sepanjang untuk kepentingan publikasi dan sosialisasi agenda politik Danny Pomanto - Azhar Arsyad (DiA).