KarebaDIA – Jelang petang di Kampung Paccelle, Turikale Maros, Azhar Arsyad menyambangi kawasan seluas satu hektar yang dikelola oleh sejumlah aktivis lingkungan Maros, Rabu, 13/11/2024.
Kawasan ini berbatasan Sungai Maros dan jadi pembeda sebagai salah satu ’warisan’ masa lalu yang masih bertahan.
Pohon-pohon menjulang, sejuk, ragam vegetasi eksis hingga praktik bercocok tanam yang sedang berlangsung menjadi pemandangan dan kesan saat tiba di titik ini, satu bagian dari Maros Point.
Adalah Waris, salah satu aktivis LSM Lingkungan di Sulsel yang selama ini giat mengkampanyekan konservasi kawasan karst Maros hingga perlindungan plasma nutfah di sekitar daerah alisan Sungai Maros.
Waris jua yang menyambut kedatangan calon wakil Gubernur Azhar Azhar di Kampung Paccelle.
Sosok di balik Komunitas Sahabat Alam (KOSALAM) dan Yayasan Bumi Toala Indonesia (YBTI) itu menyambut langsung di Maros Point, Lingkungan Pacelle, Kecamatan Turikale, Maros.
Bagi yang familiar nama Maros Point, nama ini lekat dengan jejak purbakala kawasan Karst Maros yang berhubungan dengan manusia purba dan jejak kehidupannya.
Terkait Komunitas Sahabat Alam tersebut menurut Waris, amat aktif dalam mengkampanyekan konservasi kawasan di sekitar karst Maros, daerah aliran Sungai Maros, serta pentingnya mengelola permukiman dari ancaman sampah atau limbah industri.
Di atas areal seluar 1 hektar, warga dan Komunitas Kosalam melaksanakan aksi pertanian sehat, menanam sayur mayur dan merawat sejumlah pohon.
Kepada Kareba DIA, Waris menyebut, Komunitas Kosalam merupakan mitra kerja Yayasan Bumi Toala Indonesia, lembaga swadaya masyarakat yang mempunyai visi kelestarian ekosistem dan kemajuan peradaban demi keadilan lintas generasi serta persahabatan terhadap semua spesies.
”Ada beberapa program konservasi, pengembangan ekonomi berbasis lingkungan, konservasi lahan dan spesies,” sebut Waris di depan Azhar Arsyad.
Pembangunan yang selaras alam
Azhar datang ke Maros Point selain karena undangan juga karena menganggap urusan pelestarian sumber daya alam seperti hutan, sungai dan spesies sebagai hal fundamental dalam pembangunan daerah.
”Tidak ada pembangunan masyarakat yang langgeng jika kita merusak hutan, merusak ekosistem dan mencemari perairan seperti sungai, lautan. Kita harus hidup selaras dengan alam,” ujarnya.
”Itu pula yang menjadi agenda kami bersama Danny-Azhar, mengelola sumber daya untuk kemakmuran bersama dengan pendekatan berkelanjutan, memberdayakan dan berkeadilan,” tambahnya.
”Saya tidak menyangka sebaik ini kalian punya komunitas, tempatnya asik, apalagi warga ikut serta,” puji Azhar.
Azhar dan Waris nampak akrab. Azhar dan rombongan dijamu buah mangga ranum. Dalam bahasa Makassar disebut taipa mu’musang. Kareba DIA sempat mencobanya dan terasa manis.
Selain Waris, di Maros Point, nampak aktivis LSM sejak tahun 90-an Muhammad Nawir.
Pria yang akrab disapa Awi itu salah satu sosok yang aktif memperkuat kapasitas anggota komunitas serta memberi corak perjuangan bagi Komunitas Kosalam dan Yayasan Bumi Toala Indonesia secara umum.
Azhar yang datang bersama sejumlah aktivis sosial dan lingkungan memuji sejumlah fasilitas yang ada seperti kebun swadaya, sekretariat yang lekat dengan alam, termasuk panggung pementasan kreativitas yang sudah dipasangi poster Danny-Azhar.
“Ini salah satu dari sekian banyak komunitas atau LSM yang secara terbuka mendukung kami,” puji Azhar.
Terkait itu, sejumlah kolega Azhar di Kosalam Maros menyebut semata karena garis perjuangan yang sama: membangun Sulsel dengan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Hadir bersama pengurus YBTI, warga di sekitar Paccelle. Perkampungan Paccelle nampak Istimewa karena dibentengi ruas Sungai Maros dan masih menyimpan banyak stok pohon besar yang menjadi salah satu misi perlindungan YBTI.
Tentang YBTI
Terkait Yayasan Bumi Toala Indonesia yang menggunakan kawasan karst Maros sebagai basis gerakan, lahir dari inisiatif sekelompok akademisi, praktisi, dan komunitas yang memiliki kesadaran akan pentingnya pelestarian alam dan budaya lokal.
Dikatakan Waris, inisiatif mereka dimulai pada tahun 2010. ”Ada berbagai aksi berbasis komunitas, riset kolaboratif, dan pendidikan informal,” kata Waris yang pernah bekerja di Yayasan Flora Fauna Indonesia ini.
Yayasan Bumi Toala Indonesia pun berdiri pada tanggal 28 Juni 2023.
“Tujuannya untuk mewujudkan kelestarian ekosistem dan kemajuan peradaban demi keadilan lintas generasi dan persahabatan terhadap semua spesies,” kunci Waris.
Yayasan Bumi Toala Indonesia menjalankan berbagai program strategis yang berfokus pada pelestarian ekosistem, kemajuan peradaban, dan pemberdayaan masyarakat.
“Setiap program dirancang dengan pendekatan kolaboratif dan berbasis ilmu pengetahuan untuk memastikan keberlanjutan dan dampak jangka panjang,” sebut Waris.
YBTI adlaah salah satu mitra program Maros – Pangkep Geopark. (DN)
Diperkenankan mengutip sebagian atau keseluruhan informasi dari portal KarebaDIA sepanjang untuk kepentingan publikasi dan sosialisasi agenda politik Danny Pomanto - Azhar Arsyad (DiA).