Opini, KarebaDIA – Kampanye dialogis yang dilakukan oleh calon Wakil Gubernur Sulawesi Selatan No. Urut 1, H. Azhar Arsyad yang berpasangan dengan calon Gubernur Muhammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto di beberapa daerah di Sulawesi Selatan memberi muatan pendidikan politik di tengah sikap pragmatis masyarakat sesuai kondisi realistis Pemilu 2024.
Azhar Arsyad dalam setiap kampanyenya menggunakan jaket berwarna orange sebagaimana yang dipakai oleh Danny Pomanto.
Pada jaket tersebut tertulis 8 program unggulan pada bagian depan dan bagian belakang tertulis angka nomor 1 yang dicetak cukup besar dalam lingkaran dilengkapi pesan satu bukti lebih baik dari 1.000 janji.
Dia menunjukkan bahwa visi-misi dan program unggulan sudah disetor di KPU dan menjadi mandat jika terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan.
Setiap kali Azhar memulai orasinya dia maju mendekati warga dengan berkata “Makessing kapang ku majuki supaya sipannessae” (Bugis) jika berada di tengah komunitas Bugis atau Bahasa Makassar.
“Atau bajiki punna baniki supaya annassai rupangta”, jika berada di komunitas Makassar dan Bahasa Indonesia “bagus kalo majuki supaya jelaski wajahku” di tengah komunitas yang multi etnik.
Hal ini diungkapkan oleh Azhar agar warga melihat jelas wajahnya dan bisa menilai secara langsung “bukanjikah tanja-tanja pembohong” (apakah bukan tanda wajah pembohong).
Selain itu Azhar juga menyampaikan bahwa nomor telponnya sejak 25 tahun lalu tidak pernah diganti-ganti agar gampang dihubungi. Faktanya selama ini 24 jam setiap saat bisa dihubungi, rumahnya pun terbuka setiap saat bisa menerima tamu.
Selain itu setiap momen orasi anggota DPRD dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten diminta berdiri dan diperkenalkan agar warga lebih mengenalnya.
Dengan harapan bahwa setiap warga yang memilki aspirasi maka sampaikanlah kepada anggota DPR sebagai wakilnya.
Itulah tugas anggota DPR dipilih oleh warga, warga tidak boleh segan ataupun sungkam jika menghadapi masalah terkait hajat hidupnya maka sampaikanlah makanya ambil nomor hand phone semua anggota DPR.
Pemimpin yang dipilih akan menentukan kehidupan kita 5 tahun ke depan. Jangan menganggap bahwa iyya paggalung (saya petani), tukang, nelayan, pedagang, ibu rumah tangga tetapji nasibku siapapun yang terpilih.
Sadarkah kita selama ini bibit, pupuk langka dan mahal begitu pula saat gagal panen dan harga gabah turun petani menjerit, harga bahan pokok naik seperti kejadian sebelumnya harga minyak goreng melejit ibu-ibu pun menjerit.
Begitu pula Jalanan yang rusak, irigasi tidak tersedia, anak-anak banyak yang tidak sekolah karena keluarganya tidak mampu, pelayanan kesehatan kurang optimal,
Kesemuanya itu akibat pemerintah yang tidak hadir mengurus rakyatnya. Jadi salah memilih pemimpin resikonya kembali ke masyarakat sendiri.
Makanya jangan memilih pemimpin karena ada pemberian sembako, sarung, jilbab dan amplop dari calon pemimpin tapi lihatlah atau periksa baik-baik apa yang telah dilakukan atau apa kinerjanya si calon itu.
Silahkan memilih setelah paham dan sadar siapa calon pemimpin yang menjanjikan dapat melakukan perubahan di Sulawesi Selatan khususnya.
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel 2025-2030 ada dua, yakni Danny Pomanto-Azhar Arsyad dan Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi.
Silahkan masyarakat sendiri memeriksa kinerjanya. Danny Pomanto Walikota Makassar dua periode dan Andi Sudirman Sulaeman Gubernur SulSel periode lalutegas Azhar.
Jangan karena “adakah???” Yang disambut tepuk tangan meriah warga.
Slogan ini banyak beredar di masyarakat saat ini. Hati-hati bapak ibu, karena jika masyarakat sudah terjebak dengan amplop 100-300 ribu maka jangan harap perubahan bisa terjadi.
Dan masyarakat pasti sudah segan menegur pemimpin yang terpilih. Artinya kontrol sosial masyarakat menjadi lemah, Azhar kembali mengingatkan.
Hal ini disampaikan kembali Azhar Arsyad ketika menyampaikan orasi kampanye dialogis di lapangan Desa Parenring Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep, Rabu (30102024).
Azhar Arsyad sangat menyadari bahwa kondisi masyarakat kita saat dihadapkan pada situasi sulit dan sangat pragmatis saat pemilihan pemimpin.
Akan tetapi Azhar tetap terus mengedukasi masyarakat dan mengingatkan pesan agama bahwa yang menyogok dan disogok sama-sama masuk neraka. Apakah masyarakat ingin masuk neraka? Dijawab tidak secara serentak oleh warga.
Kondisi sosial saat ini menjadi tantangan tersendiri untuk melakukan eduksi kepada masyarakat yang tidak memikirkan konsekuensi dan resiko salah memilih pemimpin.
Oleh karena itu kekuasaan harus diraih dengan cara-cara yang santun, berakhlak dan sesuai dengan kaidah ajaran pokok agama Islam sebagai agama rahmatan lilalamin.
Masyarakat yang ingin berubah harus pula cerdas mempelajari prestasi, kinerja dan sifat calon pemimpin itu. Semua bisa dicek melalui keluarga, teman yang tinggal di Makassar atau bisa dicari melalui Google. (*)
Diperkenankan mengutip sebagian atau keseluruhan informasi dari portal KarebaDIA sepanjang untuk kepentingan publikasi dan sosialisasi agenda politik Danny Pomanto - Azhar Arsyad (DiA).